Rabu, 02 Maret 2011

14 Desember 2010
The More We Get Together SD Hang Tuah 10 Juanda Dan TsukishimaElementary School Jepang
Sidoarjo- Satu per satu gambar berukuran A3 tentang Jepang ditunjukkan oleh para siswa Tsukishima Elementary SchoolJepang kepada para siswa kelas 5 SD Hang Tuah (SDHT) 10 Juanda, Sidoarjo. Pertemuan kedua sekolah dari dua negara itu dilakukan melaluivideo conference, Selasa (14/12) siang. Kegiatan ini merupakan realisasi dari International Intercultural Mural Exchange for Environment (IIMEfE) yang Tunas Hijau menjadi koordinator Indonesia. Bagi kedua sekolah, video conference ini adalah pertemuan kali ketiga.
Gambar-gambar tentang Jepang karya siswa Tsukishima Elementary SchoolJepang yang ditunjukkan itu adalah baju samurai, menara Tokyo, gunung Fuji dan bunga Sakura. Gambar-gambar itu adalah sebagian gambar yang akan mereka buat pada mural antar bangsa. Yang unik adalah peragaan seni melipat atau dikenal origami membentuk topeng atau topi Samurai Jepang. Pada peragaan ini, para siswa SDHT 10 Juanda nampak dengan seksama mengikuti setiap lipatan yang diperagakan.
Sebagai balasannya, para siswa sekolah yang berlokasi di komplek perumahan TNI Angkatan Laut Juanda itu mengajak para siswa Jepang bernyanyi bersama. “The more we get together, together, together. The more we get together, a happier will be. Because your friends are my friends, and my friends are your friends. The more we get together, a happier will be,” ucap para siswa SDHT 10 sambil berpegangan tangan.
Nala Panji Sinaroja, siswa SD Hang Tuah 10 Juanda, mengaku sangat senang bisa mengikuti kegiatan ini. Video conference ini adalah pertama kali bagi Nala. Maklum, pada pelaksanaan video conference sebelumnya, Nala Panji Sinaroja tidak masuk sekolah karena sakit. “Saya sangat senang bisa berdiskusi dengan anak-anak Jepang itu. Ternyata diskusi bisa dilakukan dengan saling bertatap muka dari tempat yang berjauhan seperti Indonesia dan Jepang,” kata Nala Panji Sinaroja. Ditambahkan Nala, yang juga finalis Pangeran Lingkungan Hidup 2010, bahwa melalui video conference itu dirinya jadi tahu beberapa tempat terkenal di Jepang.
Sementara itu, di tempat pelaksanaan video conference,Kepala SD Hang Tuah 10 Juanda Marsudi menjelaskan sangat mendukung program inovasi sepertivideo conference ini. Disampaikan Marsudi bahwa ini adalah metode belajar lain bagi siswa. “Program seperti ini harus lebih sering dilakukan agar semakin banyak warga sekolah yang melek internet. Suasana belajar dengan metode seperti ini pastinya akan lebih interaktif,” kata Marsudi kepada aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni yang mendampingi pelaksanaan video conference itu. (roni)
berita lama . .hehehe ^^ 
SD Hang Tuah 10 Juanda Kirim Bantuan Sejumlah 1 Pick Up Trash To Cash For Merapi
Surabaya- Program lingkungan hidup untuk kemanusiaan (environment for humanity)Trash to Cash for Merapi yang digelar Tunas Hijau sejak seminggu lalu terus bergulir. Di markas Tunas Hijau, Sabtu (13/11) sore, SD Hang Tuah 10 Juanda Sidoarjo mengirimkan bantuan untuk program ini sebanyak 1 pick up. Bantuan dari SD Hang Tuah 10 Juanda ini berupa koran bekas, botol plastik, pakaian, pembalut wanita, peralatan mandi dan mi instan. Sekolah mitra Tunas Hijau ini juga menyerahkan uang tunai sebesar Rp. 419.000,-.

Disampaikan Soeyatni, guru lingkungan hidup SD Hang Tuah 10 Juanda bahwa program Trash to Cash for Merapi mendapat respon bagus dari pimpinan SD Hang Tuah 10 dan warga sekolah. Hasil bantuan yang dikumpulkan Minggu ini lebih banyak dari sebelumnya. "Sebelumnya, minggu lalu, hanya dua kelas saja yang berpartisipasi, karena kelas-kelas lainnya sedang berkegiatan tengah semester di luar kota. Minggu ini, hampir semua kelas sudah berpartisipasi, meskipun masih belum semua siswa," ungkap Soeyatni.
Sebelumnya, pagi hari, Salsabila Zeta Zain yang  anggota paguyuban pangeran dan puteri lingkungan hidup 2010 juga mengumpulkan sampah yang dia himpun dari teman-teman sekelasnya di SD Al Muslim Wadungasri Sidoarjo. Setelah Salsabila, PT. Yamaha Electronic Manufacturing Indonesia (YEMI), yang berlokasi di Pasuruan juga mengirimkan sampah bernilai jual di markas Tunas Hijau. Jumlah sampah dari YEMI tidak tanggung-tanggung, yaitu satu truk dobel engkel.  

Disampaikan aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni bahwa sekolah-sekolah paguyuban pangeran dan puteri lingkungan hidup 2010 juga terus melakukan program Trash to Cash for Merapiini, yaitu pengumpulan sampah non organik bernilai jual, yang selanjutnya seluruh uang hasil penjualan sampah akan disumbang-salurkan untuk korban Merapi. Diantara sekolah itu adalah SDN Kaliasin 3 Surabaya yang sejak seminggu lalu melakukan pengumpulan koran bekas. "Sampah koran bekas yang terkumpul dari warga SDN Kaliasin 3 masih belum kami pindahkan ke markas Tunas Hijau. Insya Allah koran bekas dan jenis sampah non organik lainnya akan segera kami ambil dari sekolah ini," terang Zamroni. (ron)
SD Hang Tuah 10 Juanda Bernyanyi Bersama Tsukishima Primary School Jepang Melalui Video Conference
Sidoarjo- sembilan orang siswa kelas 5E Sekolah Standar Nasional (SSN) plus SD Hang Tuah 10 Juanda, Sidoarjo kompak berdiri sesaat setelah komunikasi internet tersambung. Masing-masing anak ini membawa lembaran kertas HVS putih bertuliskan 'KONICHIWA' -bahasa Jepang- yang artinya selamat pagi. Satu siswa satu huruf. Sedangkan 22 siswa SD Hang Tuah 10 Juanda lainnya bersama mengucapkan kata dalam bahasa Jepang tersebut. Gemuruh tepuk tangan pun terdengar dilakukan oleh para siswa sekolah di Jepang melalui pengeras suara laptop yang ada di ruangan.

Di layar infocus, nampak gambar bergerak anak-anak sekolah di Jepang dengan insert suasana kelas SD Hang Tuah 10. Ini adalah gambaran pelaksanaan video conference antara dua sekolah dari dua negara, yaitu SD Hang Tuah 10 Juanda Sidoarjo dengan Tsukishima primary school di Tokyo, Jepang.Video conference yang dilaksanakan Selasa (16/11) pagi ini merupakan bagian dari programInternational Intercultural Mural Exchange for Environment, yang Tunas Hijau menjadi koordinator Indonesia.
Sesuai rencana semula, tarian Lenggang Surabaya mengawali pertemuan dua sekolah melalui dunia maya ini. Tarian ini ditampilkan oleh Dellaura, siswa SD Hang Tuah 10 Juanda, Sidoarjo. Dengan gemulainya Dellaura menampilkan tarian ini dengan musik pengiring aslinya, sedangkan para siswa Tsukishima dengan seksama menyaksikan penampilan Dellaura dari sekolahnya di Tokyo. Berkali-kali para siswa Tsukishima ini nampak ikut menggerakkan tangan dan kakinya mencoba mengikuti gerakan Dellaura yang berada di Sidoarjo.
Setelah tarian ini selesai, masing-masing siswa dari kedua sekolah ini mengenalkan diri mereka masing-masing. Para siswa SD Hang Tuah 10 Juanda menggunakan media gambar tentang sketsa diri mereka untuk perkenalan. Sedangkan para siswa Tsukishima menggunakan media foto pada perkenalan diri ini. Nampak ada foto Menara Tokyo dan Jembatan Matahari di Jepang yang ditunjukkan oleh para siswa Tsukishima. Bernyanyi bersama adalah aktivitas terakhir yang dilakukan pada video conference ini. Lagunya berjudul tepuk bersama yang dibawakan dalam bahasa Inggris. Lagu ini dibawakan 30 siswa SD Hang Tuah peserta conference yang diikuti para siswa Tsukishima.

Mengenai pelaksanaan video conference ini, Kepala SD Hang Tuah 10 Juanda Marsoedi mengatakan sangat tertarik. Dikatakan Marsoedi bahwa inovasi pembelajaran seperti ini harus dikembangkan. “Anak-anak menjadi termotivasi untuk terus belajar dan menggunakan bahasa Inggris sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah. Harapannya, program seperti ini bisa dilaksanakan setiap minggunya dengan melibatkan semua kelas SSN plus,” ungkap Marsoedi kepada Tunas Hijau setelah berakhirnya video conference ini. (ron)

Ibu Negara Resmikan Rumah Pintar di Juanda







Ibu Negara, Ani Bambang Yudhoyono, didampingi Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa sore kemarin meresmikan Rumah Pintar Juanda Cendekia di Komplek Perumahan Pusat Penerbangan TNI AL Juanda, sekaligus menyumbang satu unit mobil pintar.


Kehadiran Ny Ani Bambang Yudhoyono beserta Presiden SBY di Rumah Pintar Juanda Cendekia, Selasa sore kemarin, mendapat sambutan dari ratusan anak-anak sekolah. Mereka berjejer di sepanjang jalan bundaran Lanudal Juanda.
Presiden RI, SBY dan Ny Ani pun melambaikan tangan kepada anak-anak SD yang berjejer di sepanjang jalan tersebut. Kaca jendela mobilnya dibuka, lalu dia melambaikan tangan dan menyapa anak-anak. Anak-anak yang menyambutnya pun nampak senang mendapat respon dari presiden dan ibu negara. Presiden dan Ny Ani nampak akrab dengan anak-anak yang berada di
dalam rumah pintar tersebut. Ini terlihat ketika menyaksikan anak-anak yang sedang melukis maupun membaca di ruang buku. Bahkan Ny Ani terlihat kagum saat mengamati lukisan Dianis, siswa Kls III SD Hang Tuah ll, Sidoarjo.
‘’’Ini lukisan anak kelas III SD, luar biasa,’’’ pujinya sembari mengangkat lukisan putra pasangan M Faizal dan Iswati itu. Berkali-kali dia memuji lukisan bocah ingusan tersebut. Karena kagumnya,Ibu Negara dan SBY mewawancarai putra kelahiran Desa Keling RT 14 RW VI Sikodono, Sidoarjo itu. ‘’’Adik kelas berapa?’’ tanya Ibu Anik.’‘’Kelas III SD Bu,’’ jawab Dianis singkat. Kavin, siswa Kls III SD Hang Tuah 7, yang berada di sebelahnya, tak ketinggalan disapa Ny Ani yang didampingi SBY. ‘’Waduh, lukisannya bagus-bagus semua ya. Padahal ini baru kelas III SD,’’ pujinya lagi. Ketika masuk ke ruang baca, Presiden SBY memperlihatkan buku sumbangannya yang berisi kumpulan surat kiriman dari anak-anak di Madiun.
Surat tersebut dikumpulkan SBY lalu dibukukan, serta dicetak untuk dibagibagikan secara cuma-cuma.’’Bapak dulu ketika masih kecil suka menulis. Kalian juga harus belajar menulis,’’ pintanya. Anak-anak yang sedang membaca di ruang buku itu, juga menyerahkan enam lembar surat kepada SBY.’Satu diantaranya ditujukan kepada Kapolri. Surat tersebut diserahkan oleh Al Adawiyah, siswi Kls VI SDN Sedati Agung, Sidoarjo. Ada juga surat tulisan tangan Al Adawiyah yang ditujukan kepada Ny Ani, bunyinya, ‘’ Dengan surat ini saya memperkenalkan diri, nama saya Al Adawiyah Indah Wahyu Halim. Saya murid kelas 6 SD Sedati Agung 402 Sedati Sidoarjo. Rumah saya di perumahan Pondok Sedati Asri. Saya sangat senang karena Bu Ani datang berkunjung ke Sidoarjo. Saya merasa terhormat, karena akhirnya dapat bertemu dengan Ibu Negara. Bu Ani, saya senang karena rumah pintar akhirnya diresmikan oleh Ibu Negara.
Jika ada waktu, saya ingin agar Ibu Negara datang ke sini lagi. Semoga saja dengan diresmikannya rumah pintar ini, akan menambah wawasan anak-anak. Bu Ani, jika ada waktu luang, saya berharap Bu Ani datang ke rumah pintar lagi. Bu Ani saya titip salam kepada bapak SBY, sukses dalam nenjalankan pemerintahan. Bu Ani saya mohon restu agar dapat UASBN, nanti Bu Ani tolong doakan saya, agar saya dapat masuk SMP favorit saya. Bu Ani terima kasih atas semuanya yang Bu Ani berikan untuk anak-anak di Indonesia. Saya doakan agar Bu Ani dan bapak panjang umur, dan sukses.’’*

SELASA, 28 DESEMBER 2010

UKS: UKS SD Hang Tuah 10 Sedati: Sukses Kembangkan Warung UKS




Bicara tentang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) selalu pikiran kita tertuju pada sebuah ruang yang didalamnya ada tempat tidur berkelambu serta dilengkapi kotak P3K dengan aroma khas minyak kayu putih atau bau obat-obatan yang menyengat hidung.
Tapi hal ini tidak berlaku di SD Hang Tuah 10 Sedati, sekolah yang berada dikawasan basis TNI Angkatan Laut Juanda ini hampir seluruh kawasan yang ada disekolah ini merupakan lahan untuk UKS. Betapa tidak, kesan ramah lingkungan sudah diciptakan semenjak kita memasuki gerbang sekolah dan di pintu gerbang terdapat tulisan Harap Matikan Mesin!
Kesan asri dan hijau juga terlihat di halaman sekolah yang terdapat 30 ruang kelas ini. “Kenyamanan dalam menuntut ilmu benar-benar kami utamakan karena dengan nyaman maka peserta didik bisa menyerap ilmu yang didapat dari guru-gurunya lebih mudah dan enak,” kata Marsudi, S.Pd.,MM., Kepala SD Hang Tuah 10 Sedati kepada PENA.
Keasrian lingkungan sangat terasa ketika kita memasuki halaman dalam sekolah yang mempunyai luas lahan sekitar 1,6 Ha yakni hampir disetiap depan kelas ditumbuhi pohon sono kembang yang rindang. Dibawahnya terdapat taman dengan aneka warna bunga dan tanaman hias lainnya.
Tempat sampah terdapat disetiap kelas dan di teras kelas terdapat rak sepatu siswa terbuat dari kayu yang berpelitur. “Keberadaan rak-rak sepatu di tiap-tiap kelas ini bukan sekolah yang mengusahakan melainkan atas inisiatif dan peran serta dari orang tua siswa. Terutama orang tua siswa yang ekonominya tergolong mampu. Ini sebenarnya sebagian kecil dari peran serta orang tua siswa karena ada empat kelas yang kami namakan kelas plus dan pembiayaannya ditanggung orang tua siswa yang mampu,” urai kepala sekolah yang membawahi 71 orang tenaga pendidik dan kependidikan di SD Hang Tuah 10 ini.
Kelas plus yang dimaksud adalah masing-masing kelas sudah terdapat AC, LCD, wifi, ada 4 laptop, bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia bahkan disainnya dari orang tua siswa. “Bisa dibilang kelas plus ini adalah kelas mandiri karena semua pirantinya dari orang tua siswa hingga tagihan rekening listrik, orang tua yang nanggung. Laiknya hotel bintang lima, keempat kelas plus ini,” kata Marsudi penuh bangga.
Kebanggaan keluarga besar sekolah ini makin bertambah dengan diadakannya program sister school dengan negara Jepang, Jerman dan Australia sejak tiga bulan yang lalu. “Setiap dua minggu sekali kami mengadakan percakapan jarak jauh dengan sekolah di Jepang. Seringkali kami ditanya tentang cara membuat topi dari kertas yang sedang dipakai anak-anak saat tele conference dan sebaliknya kita tanya proses pembuatan samurai. Dari tele conference ini kami akhirnya mengetahui kalau masalah UKS di Jepang itu kurang mendapat perhatian di sekolah. Bukan karena mereka tidak tahu melainkan setiap sekolah yang dibangun pemerintah sudah sangat lengkap. Bukan kuantitas gedung sekolah yang dibangun melainkan kualitasnya yang diperhatikan pemerintah Jepang. Hal-hal semacam inilah yang kami jadikan bahan masukan yang berharga untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah kami,” urai Marsudi yang juga dosen tamu di UNIPA Surabaya untuk mata kuliah Manajemen Pendidikan.
Walau menggunakan pengantar bahasa Inggris dalam kesehariannya, namun khusus di hari Sabtu semua warga sekolah diwajibkan menggunakan bahasa Jawa kromo inggil. “Ini sebagai wujud pembentukan watak kepribadian yang luhur dan pendidikan berkarakter dengan langsung praktek berbahasa Jawa. Mengingat lewat berbahasa Jawa inilah tuntutan sopan santun secara langsung terpraktekkan,” lanjut Marsudi.
Warung UKS
Ada satu program UKS dari SD Hang Tuah 10 Sedati ini yang tergolong masih langkah yakni dengan diadakannya Kantin UKS. Mengapa dinamakan Kantin UKS? Karena semua yang ada didalamnya sudah sesuai dan berstandart serta bersertifikasi dari POM dan Puskesmas. Beberapa syarat Kantin UKS diantaranya setiap makanan/minuman yang dijual harus disertakan tabel kandungan vitamin, kalori serta zat gizi lainnya.
“Selain keadaan Kantin UKS yang bersertifikat, para pengelolanya juga mendapatkan sertifikat pengelola Kantin UKS dari badan POM dan Puskesmas. Jangan heran bila Anda mampir ke kantin ini keadaannya mirip di cafĂ© atau restoran hotel berbintang walaupun yang mengelola sudah sepuh-sepuh,” kelakar Marsudi.
Kantin UKS yang jauh dari zat pewarna, pengawet makanan dan bisa digunakan sebagai pusat pembelajaran, misalnya matematika ataupun ilmu social lainnya. Tak berlebihan kiranya kalau sekolah ini melahirkan juara I Dokter Kecil Jawa Timur 2009, juara IV kader Tiwi Sada tingkat Nasional 2009 dan juara I Kader Tiwi Sada tingkat Sidoarjo tahun 2010.
Sebagai titik puncak, pada 3-4 Desember 2010 lalu, SD Hang Tuah 10 Sedati sebagai tuan rumah Jambore UKS Jawa Timur sekaligus mewakili Sidoarjo dalam lomba UKS di Jawa Timur. “Hasil akhir dari lomba tadi, sekolah kami meraih juara I walau dengan catatan dan sebelum bulan Mei catatan ini sudah kami selesaikan sehingga bisa mewakili Jawa Timur di tingkat nasional pertengahan tahun ini,” tutur Marsudi. YUS
Caption:
1. Tatkala pembukaan Jambore UKS Jatim, Desember lalu.(foto:repro)
2. Marsudi, S.Pd.,MM, Kepala SD Hang Tuah 10 Sedati. (foto: YUS)

JUARA LOMBA BAHASA INGGRIS (STORY TELLING)
JUARA LOMBA SD/MI 2011

JUARA I
No PesertaNamaSkorAsal Sekolah

Aditya Putri Ayu59SD Hang Tuah 10 Juanda
JUARA II
No PesertaNamaSkorAsal Sekolah

Dhea Aulia Arsya58SD Hang Tuah 10 Juanda
JUARA III
No PesertaNamaSkorAsal Sekolah

Anum Intana54SDN Wadungasih II Buduran
JUARA LOMBA TIK 
JUARA I
No PesertaNamaSkorAsal Sekolah
25157Vicka Bella86SD KREATIF THE NAFF
JUARA II
No PesertaNamaSkorAsal Sekolah
25141M. Sultan Al – Maliki81SDN SEDATI AGUNG SEDATI
JUARA III
No PesertaNamaSkorAsal Sekolah
25149Dyah Tanzila80SD Hang Tuah 10 Juanda
JUARA LOMBA IPA
JUARA I
No PesertaNamaSkorAsal Sekolah
25026Lutfiyah Anindiyah84SD Hang Tuah 10 Juanda
JUARA II
No PesertaNamaSkorAsal Sekolah
25059Rahmat Akbar F80MI NU KH. Mukmin
JUARA III
No PesertaNamaSkorAsal Sekolah
25010Iqbal Faisal78SD Hang Tuah 10 Juanda
JUARA LOMBA MATEMATIKA
JUARA I
No PesertaNamaSkorAsal Sekolah
25104Mirtanti Kiswandi94SD Hang Tuah 10 Juanda
JUARA II
No PesertaNamaSkorAsal Sekolah
25116Marossandi Bagus88SDN Bungurasih
JUARA III
No PesertaNamaSkorAsal Sekolah
25093Gitya Hening Adibah87SDN PEPELEGI I
 

SD Hang Tuah 10 Juanda Bersiap Jadi Produsen Pupuk Kompos
Sidoarjo- Dimanapun manusia berada, sampah selalu dihasilkan. Bila tidak ditangani serius, maka sampah yang dihasilkan akan menjadi masalah besar. Hal ini seperti yang terjadi di SD Hang Tuah 10 Juanda, Sidoarjo, seperti yang disampaikan oleh Kepala SD Hang Tuah 10 Marsoedi kepada Tunas Hijau, Sabtu (5/12) siang, di sela pembinaan lingkungan hidup bersama para guru pengajar sekolah itu. “Lahan sekolah ini sekitar 1,3 hektar. Banyak pepohonan pelindung yang tumbuh subur di sekolah ini. Alhasil, setiap hari, banyak sampah dedaunan yang dihasilkan,” kata Marsoedi kepada dua aktivis Tunas Hijau Bram Azzaino dan Mochamad Zamroni.
Menanggapi keluhan Marsoedi, disampaikan Tunas Hijau bahwa sampah daun yang banyak dihasilkan sekolah sebenarnya bukan suatu musibah. “Banyaknya sampah dedaunan yang dihasilkan adalah potensi yang bisa menjadikan sekolah sebagai produsen pupuk kompos. Apalagi dengan lahan luas yang dimiliki Hang Tuah 10 dan banyaknya taman, tentunya kebutuhan pupuk kompos sangat tinggi. Bila sampah dedaunan yang dihasilkan diolah menjadi kompos, maka sekolah tidak perlu lagi membeli pupuk kompos dari luar,” jelas Mochamad Zamroni.
Permasalahannya, dengan jumlah siswa sekitar 1300 orang, jumlah sampah yang banyak dihasilkan tidak hanya sampah dedaunan. Sampah plastik menjadi sampah yang juga banyak 
Selesai sesi lingkungan hidup dengan para guru, Tunas Hijau melanjutkan berkeliling setiap sudut sekolah yang berlokasi di Jl. Tangkuban Perahu 5 Juanda, Sidoarjo itu. Ketika sampai di sudut belakang sekolah, tepatnya di dekat pintu keluar belakang, ada aktivitas pembakaran sampah di tempat sampah sekolah. Bila diamati, pembakaran sampah merupakan agenda rutin yang dilakukan petugas kebersihan sekolah. Sampah-sampah yang dibakar tidak semuanya jenis sampah non organik atau sampah kering. Namun, ada juga jenis sampah basah atau sampah organik.
Menanggapi pemandangan kurang bagus itu, Arianti, salah satu guru yang menyertai Tunas Hijau, menyatakan bahwa aktivitas pembakaran sampah ini sama sekali tidak dibenarkan. “Pembakaran sampah seperti ini jelas tidak dibenarkan. Polusi udara yang membahayakan kesehatan manusia dan menurunkan kualitas udara menjadi dampak dari pembakaran sampah ini. Sekolah harus segera melakukan upaya nyata agar pembakaran sampah tidak dilakukan kembali di waktu mendatang,” kata Arianti, guru yang baru 2 tahun pindah mengajar di SD Hang Tuah 10 Juanda.
^^